Saya dan Madrasah Tsanawiyah Al Fatah Talun Kabupaten Pekalongan
MTs Al Fatah Talun Kabupaten Pekalongan – Tahun 2002 merupakan tahun yang baru menurut saya. Baru untuk ukuran anak lulusan SD sebuah desa di pinggiran Kabupaten Pekalongan yang berbatasan dengan Kabupaten Batang. Sebuah desa yang asri dengan suara mengerik saban malam.
Bagi seorang lulusan SD merupakan pengalaman baru, mengingat pada saat itu saya harus mendaftar sekolah sendiri. Waktu itu sekolah tempat saya mendaftar adalah sekolah filial (peranakan) dari Madrasah Tsanawiyah Syarif Hidayatullah Doro Kabupaten Pekalongan (MTs Syahid Doro), dan sekarang telah bertransformasi menjadi MTs Al Fatah Talun Pekalongan.
Saat itu, pendaftaran gratis dan bahkan setiap pendaftar mendapatkan biaya gatis SPP (syahriah sebulan) dan baju. Saya tidak tahu apakah itu pemasaran, tapi saya sangat berterima kasih. Bahkan untuk menempati gedung sementara di Madrasah Diniyah Miftahul Huda Batursari Talun selama setahun sebelum gedung megah rampung.
Sekolah besutan Ma’arif NU ini berdiri di sebuah lahan subur pegunungan di Desa Batursari, desa kelahiranku dan merupakan kebanggan setiap orang yang berhubungan dengannya, dan harus menjadi kebanggan Indonesia karena dari sanalah pemuda Indonesia dapat menemukan arti dirinya.
Selama 3 tahun di MTs Al Fatah Talun ini, saya merasakan sebuah perasaan kekeluargaan yang amat kental bukan karena karyawan merupakan orang yang telah saya kenal sebelumnya, namun peran guru sebagai orangtua kedua dapat berfungsi secara optimal. Apalagi dengan basis kultural NU yang mengakar menjadikan sekolah ini hal yang spesial dalam hidup saya.
Kini, setelah 7 tahun selepas kelulusan di 2005, kondisi di MTs Al-Fatah Talun tidak banyak berubah, hanya tambah menua saja dan banyak bagian berlumut. Namun di dalamnya masih riang anak-anak sekolah bermain-belajar. Dan ketika semua berhaburan bak laron mencari lampu ketika jam pelajaran usai, saya merasa kembali ditendang dan dipaksa memikirkan masa-masa berjalan datang dan pulang waktu itu.
Kini, semua telah termakan waktu. Namun saya yakin, semangat orang-orang di dalamnya masih sama seperti pertama kali, semangat untuk membangun bangsa. Setidaknya semangat itu juga akan diberikan kepada adikku di sana, Mohammad Ihsan, seorang siswa di MTs Al Fatah Talun.
No comments: