Uji Laksana SMA Negeri 1 Talun 2010
Kaget
Agak kaget rasanya, disodori makanan yang “tidak biasa” semacam sate ayam malam ini. Ya, bagiku yang lulusan SMA Negeri 1 Doro 2008, kegiatan Pramuka semacam tempaan fisik dan mental dengan makanan yang “alhamdulillah” jika ada.
Tetapi berbeda dengan kegiatan Ambalan Sudirman dan Kartini kali ini, nampaknya dengan 50.000 rupiah, hal primer yang dijaga adalah makanan, dan saya telah membuktikannya.
Empat belas jam, dua puluh dua kilometer
Siang itu, Sabtu 18 Desember 2010, mulai berjalanlah kami sebanyak 25 orang dari SMA Negeri 1 Talun menuju objek wisata Sigandu, Batang dan diperkirakan hingga minggu 19 Desember kita sudah dapat menginjak pasir yang khas dari pantai itu.
Dengan semangat membaja, kami tancap gas dengan langkah merdeka melewati trek yang sudah disepakati bersama. Diawali dari SMA Negeri 1 Talun, Pandansari (Batang), Warungasem, Sambong, Sigandu. Agenda kegiatan Pramuka kali ini adalah Uji Syarat Kecakapan Umum Laksana dengan tekanan fisik dan mental yang khas, guna memanggil kemampuan terpendam dari setiap diri Pramuka SMA Negeri 1 Talun (Smanta) ini.
Setelah menyusuri jalan yang berliku dan lumayan panas tibalah kami pukul 15.00 di SD Pesaren 3, Warungasem. Perburuan dimulai. Masing-masing peserta berhak mendapatkan ujian dari penguji (Dewan Laksana Smanta). Dengan beberapa hal yang harus dipatuhi. Tentu saja, guna mengakarkan disiplin dan kerja keras, push-up menjadi makanan wajib bagi peserta ini, mengingat di pundaknya akan menempel TKU Laksana.
Salah satu hal yang digaris bawahi adalah, bahwa setiap kali uji, alat genggam seperti ponsel lebih baik dimatikan, tetapi tidak oleh salah seorang peserta. Malahan ia dengan santainya hendak update status-nya! Dengan sedikit menelisik, ponsel saya ambil, dan ini menjadi peringatan bagi peserta yang lain. Tetapi bukan hal yang fair, jika saya menyita hingga kegiatan selesai, akhirnya pada apel pelepasan perjalanan lanjut, ponsel tadi diserahkan. (tetapi pss...t baterai sudah saya kantongi agar tahu rasa!).
Langkah kuat kami perlahan mulai loyo, mengingat Kode Pramuka untuk takwa terhadap Tuhan, maka sesegera mungkin kami belokkan ke mushola dan kemudian setelah sedikit terisi tenaga kami, perjalanan dilanjutkan.
Hari mulai gelap, sudah lebih separuh perjalanan kami tempuh. Masuk perumahan Kalisalak, Batang tepatnya. Maghrib tiba dan seketika kami beribadah sambil beristirahat di Masjid terdekat. Namun, pikiran kami mulai kacau dengan guyuran hujan yang membuat kami tidak beringsut dari masjid ini. Tetapi satu hal yang sedikit banyak membuat kami bersemangat, bumbu kacang satai yang dibeli oleh pembina kami, hm.... yummy!
Selepas Isya, jas hujan segera dikembangkan guna melanjutkan perjalanan. Rintik hujan agaknya tidak berpengaruh pada tujuan kami, menjadi Laksana (dan melihat sunrise di Sigandu). Cukup kewalahan juga kami harus berjalan beriringan karena beberapa rekan panitia tidak membawa serta jas hujannya.
Tok-tok tok...
“Selamat malam pak, kami dari Pramuka SMA Negeri 1 Talun hendak meminjam SD Sambong 3 guna tempat kami menginap sementara”, kataku pada seorang guru dari SD tersebut. Lelaki tambun ini memandangi kami dengan nada heran campur kaget. Jelas, pukul 21.39 tepatnya kami mengetuk pintu rumah megah itu, untuk tidak ada teriakan “maling!”. Surat izin kami telah ditangannya sejak 15 menit lalu, tetapi isyarat “ya” masih sangat berat untuk diucapkan. Dengan sedikit meyakinkan, akhirnya kami bisa berlindung dari guyuran hujan yang belum berhenti sejak terakhir kami meninggalkan Masjid Kalisalak.
Maafkan saya...
Prak ! Prak ! Suara tanganku menyentuh tangan panitia yang diletakkan di samping pipi. Aku mulai menikmati ueforia “penyiksaan” ini, disaksikan oleh peserta Uji Laksana. Mereka agak kecut melihatku menaboki panitia dengan muka garang mahal senyum semacam ini; karena biasanya aku sangat suka melucu. Yah.. dengan sedikit skenario danimprovisasi. “Lihat kalian! Panitia kerjanya tidak beres semua! Sekarang letakkan tangn kiri di samping pipi kiri!” pekikku kepada peserta, dengan menahan tawa dalam hati. Setelah 10 menit tadi pendirian tenda masih belum berhasil, kini giliran peserta mendapat ganjarannya, ini bukan kekerasan, tetapi pendisiplinan. Dalilnya: setiap kamu bekerja di bawah tekanan, maka suatu ketika tekanan itu hilang, kamu akan terbiasa bekerja dengan cepat dan rapi.
“Sekarang pejamkan mata!” Komandoku dengan suara parau. Sekarang, ada 15 orang yang siap aku tabok, mulai aku mendekati orang pertama, Prak! Suara keras terdengar, peserta lain bergidik bersiap siap menerima tangan nasib.
Prak! Prak! Prak!
Aku hanya menepukkan tanganku di hadapan wajah mereka. Ini bukan soal penyiksaan wadak, fisik, tetapi membentuk mental. Dengan kata lain, saya tidak pernah menabok mereka. Lega, mungkin itu hal yang terbayang.
Sekarang saatnya untuk merapikan tenda, dan wow, 10 hitungan. Tetapi kembali lagi tidak ada yang berhasil.
Ku kumpulkan lagi para pecundang ini, dan aku koyak-koyak nuraninya, aku jatuhkan harga dirinya, aku buat mereka merasa orang yang paling tidak berguna, dan terakhir aku sanjung mereka. Mereka bukan pecundang lagi, mereka kini pemenang. Setidaknya mereka menang karena membuatku ngoceh selama satu jam dengan muka yang hampir kaku karena akting marah.
Uji SKU Jilid II
Setelah bergelut dengan mental, sekarang pengetahuan untuk menyelesaikan SKU mejadi kewajiban. Kusuruh pada setiap panitia penguji untuk tegas.
Terhitung ada 3 peserta yang malam itu menangis, entah apa sebabnya. Mungkin yang pertama, disuruh untuk berlari keliling lapangan 3 x untuk mempraktekkan cabang olahraga atletik. Kedua, seseorang yang katanya Ketua OSIS, cewek rupanya, aku lontarkan dua kalimat: “Kamu Ketua OSIS ya? Dah, lebih baik kamu ngundurkan diri aja.” Setelah kuperiksa lembar proposal yang dibuatnya; pasti dia tersinggung. Dan ketiga karena diuji panitia, perihal sepatu.
Huh, lega rasanya, bisa beristirahat. Malam itu pukul 00.15 aku mulai memejamkan mataku yang mulai berkurang watt-nya. “Mas, mas ubet... udah mau mulai” bisik Riskon, seorang panitia yang kocak dan kadang aku ingin menjitaknya karena tidak mau diam. Nyawaku yang belum kembali 100% harus dipaksa terjun dengan sedikit rintik dan angin malam memeluk tubuhku. Pukul 01.27 nampaknya kulihat pada layar HP ku.
Setelah briefing, kini aksi untuk membangunkan dan pemberangkatan dimulai. Skenario perjalanan dimulai kembali. Kini, naskah bisa diimprofisasi, sementara sebelumnya perjalanan hanya menggunakan Pramuka Lengkap, sekarang peserta dan panitia boleh memakai baju hangatnya. Sedikit membantu. Tetapi mataku tak mau kompromi, sebelah melek, sebelah merem.
Aku tidak sadar, dan hanya kudengar tawa Riskon dan Fatur tengah mengambil fotoku yang sedang tidur kelelahan di pos jaga Sigandu. Kecolongan. Akhirnya, pukul 04.15 kami semua memasuki kawasan objek wisata Pantai Sigandu, Batang dengan disambut oleh lolongan anjing penjaga. Huft, setelah 14 jam berjalan, kini berakhir sudah.
Setelah membersihkan diri dan beribadah subuh, saatnya Uji Laksana Jilid III dimulai. Serasa tak percaya, deburan ombak ada di hadapan kami sekarang. Pengujian harus diinterupsi dengan makan pagi yang dibuat melingkar dan seperti biasa, makanan yang belum habis akan diputarkan hingga tak bersisa. Ini salah satu menikmati pemberian Tuhan: makanan.
Telah komplet kami melalukan Uji Laksana di Pantai Sigandu, kini saatnya untuk bermain. Kulakukan sebuah game yang ku dapatkan dalam seleksi Beasiswa Sampoerna di Universitas Indonesia. Komando Tanpa Perintah aku menyebutnya.
Terakhir siapapun yang menang dan kalah akan diterjunkan ke ombak pekikku dengan suara yang makin parah. Kudorong beberapa orang yang tak ku kenal lagi wajahnya karena sangat berantakan ke air dan byur! Kini beberapa berlari menjauhi air dan hanya sembilan orang termasuk aku menjadi sasaran empuk. Basah kuyub dan asin.
Setelah bersiap menati bus untuk pulang, akhirnya lengkap sudah cerita kali ini. Kami mendarat di Talun pukul 11.45 dan inilah sinyal bagiku untuk meneruskan istirahat. Sungguh perjalanan yang membuat mental fisik bergetar.
Uji Laksana SMA Negeri 1 Talun 2010
Reviewed by Unknown
on
09:03
Rating: 5
After all, have the ability to|you presumably can} all the time save the strategy charts for future reference assist you|that will assist you|that can assist you} along with your games. Now you have got} an thought of method to|tips on how to} read charts, it’s time to discover ways to|learn to} put them into motion. In the subsequent part we’ll be taking a look at} how ought to use|you must use} strategy charts to enhance your game, by analyzing a number of|numerous|a variety of} hands that you can expect to be dealt in 9-6 Jacks or Better. When played accurately Video Poker typically offers one of the lowest House Edges to be found in a casino. However, it must be understood that the right strategy required to realize this low House Edge is often complicated and varies extensively between games. Small errors in play can quickly end 카지노사이트 in significant deviation from the optimum figure.
ReplyDelete